Pers berarti
media. Berasal dari bahasa Inggris press yaitu cetak. Apakah media itu berarti
hanya media cetak? Tentunya tidak. Pada awal kemunculannya media memang
terbatas hanya pada media cetak. Seiring percepatan tekhnologi dan informasi,
ragam media ini kemudian meluas. Muncul media elektronik: Audio, audio visual
(pandang-dengar) sampai internet. Jadi pers adalah sarana atau wadah untuk
menyiarkan produk-produk jurnalistik. Sedang jurnalistik merupakan suatu
aktifitas dalam menghasilkan berita maupun opini. Mulai dari perencanaan,
peliputan dan penulisan yang hasilnya disiarkan pada public atau khalayak
pembaca melalui media/pers. Dengan kata lain jurnalistik merupakan proses aktif
untuk melahirkan berita. Hasil dari proses jurnalistik yang kemudian menjadi
teks yang dimuat di media, berupa berita maupun opini.Dengan demikian, kiranya
pemakalah menganggap bahwasahnya penting untuk kita semua mengetahui sejarah
jurnalistik itu sendiri.
I.
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN JURNALISTIK
DUNIA
awal
mulanya muncul jurnalistik dapat diketahui dari berbagai literatur tentang
sejarah jurnalistik senantiasa merujuk pada “Acta Diurna”
pada zaman Romawi Kuno masa pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM).“Acta
Diurna”, yakni papan
pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini
sebagai produk jurnalistik pertama; pers, media massa, atau surat kabar harian
pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia.
Caesar hanya meneruskan dan mengembangkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi. Saat itu, atas peritah Raja Imam Agung, segala kejadian penting dicatat pada “Annals, yakni papan tulis yang digantungkan di serambi rumah. Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya. Saat berkuasa, Julius Caesar memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan pada “Acta Diurna. Demikian pula berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu ditempelkan atau dipasang di pusat kota yang disebut “Forum Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum.
Berita di “Acta Diurna kemudian disebarluaskan. Saat itulah muncul para “Diurnarii, yakni orang-orang yang bekerja membuat catatan-catatan tentang hasil rapat senat dari papan “Acta Diurna itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para hartawan.dari kata “Acta Diurna inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata “Diurnal” dalam Bahasa Latin berarti “harian atau setiap hari”. Diadopsi ke dalam bahasa Prancis menjadi “Du Jour dan bahasa Inggris “Journal yang berarti “hari, “catatan harian, atau “laporan. Dari kata “Diurnarii muncul kata “Diurnalis dan “Journalist (wartawan).
Dalam
sejarah Islam, seperti dikutip Kustadi Suhandang (2004), cikal bakal
jurnalistik yang pertama kali di dunia adalah pada zaman Nabi Nuh. Saat banjir
besar melanda kaumnya, Nabi Nuh berada di dalam kapal beserta sanak keluarga,
para pengikut yang saleh, dan segala macam hewan. untuk mengetahui apakah air bah sudah surut, Nabi Nuh mengutus seekor burung
dara ke luar kapal untuk memantau keadaan air dan kemungkinan adanya makanan.
Sang burung dara hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun yang tampak muncul
ke permukaan air. Ranting itu pun dipatuk dan dibawanya pulang ke kapal. Nabi
Nuh pun berkesimpulan air bah sudah mulai surut. Kabar itu pun disampaikan
kepada seluruh penumpang kapal. atas dasar fakta tersebut, Nabi Nuh dianggap sebagai pencari berita dan penyiar
kabar (wartawan) pertama kali di dunia. Kapal Nabi Nuh pun disebut sebagai
kantor berita pertama di dunia.
Konon,
saat banjir besar menghantam bumi atau berakhirnya zaman es, riak jurnalistik
sudah terbangun. Nabi Nuh AS membutuhkan kabar yang akurat dan faktual tentang
kondisi daratan. Dikirimlah jurnalis dadakan, namun bisa dipercaya karena
memiliki kemampuan "radar magnetis" dan otak kecil alat navigasi di
hidungnya. Ya, burung merpati.
Si Merpati barangkali pangkatnya seorang reporter investigasi yang diminta
mencari tahu kadar kesurutan air. Merpati terbang berkeliling hingga menemukan
ranting zaitun yang menyebul di lautan. Ranting itu dipatuk, lantas dibawa
sehingga Nabi Nuh mengetahui kabar akurat mengenai surutnya air.
China Pada perkembangan selanjutnya, tradisi tulisan berlanjut di China. Surat kabar pertama pun lahir, King Pao. Surat kabar yang mengabarkan titah kaisar. Lantas, jurnalis tulis menulis sedikit surat di zaman kegelapan Eropa walaupun mendapat tempat manis di Asia. Pada masa itu, orang Eropa mengandalkan para penyair dari hall ke hall untuk mengabarkan kisah para raja dan pahlawan.
Perkembangan berarti berlangsung pada abad pertengahan. Yakni, hadirnya mesin cetak. Guttenberg (1450), dengan izin Tuhan, benar-benar merevolusi dunia. Kehadiran mesin cetak telah membawa jurnalisme ke titik 100 persen. Kemudian, lahir media massa pertama di Eropa yang tidak ditujukan untuk para raja semata. Yakni, Gazzeta di Venesia. sebagaimana umumnya kota Italia yang menganggap raja atau doge sebagai patron, kota dan para pengurusnya bersikap mandiri. Kemandirian informasi di Venesia inilah yang melahirkan Gazzeta.
Amerika.
Di Amerika Utara, perkembangan pers mengikuti sejarah unik penjajahan Inggris pada dataran kolonialnya. Orang kolonial Amerika Utara itu, bahkan, memulihkan nama journalism sebagai kegiatan pencarian berita. Sementara di tanah Inggris sendiri, lahir Oxford Gazzete. Nama newspapper mulai digunakan menggantikan Gazzete yang berbau pizza Italia.
Pada masa awal revolusi Industri, masa Descartes usai mencerahkan Eropa dengan filsafat ilmunya, jurnalistik mulai dipandang sebagai ilmu baru di ranah sosial. Karl Bucher dan Max Weber di Universitas Basel Swiss memperkenalkan cabang baru ilmu persuratkabaran, Zeitungkunde pada 1884.
Di Amerika Utara, lahirlah sekolah beken dalam urusan jurnalis, Columbia School of Journalism pada 1912 oleh Joseph Pulitzer. Pada abad ke-20, kepakaran dan profesi semakin mencair. Ilmu dan teori jurnalisme semakin berkembang, kode etik dilahirkan, teknik pemberitaan diperluas. Nama-nama harum, seperti Hunter S. Thompson, Hearst, atau Tom Wolfe, mengembangkan jurnalisme sebagai teknik dan konglomerasi.
kapal nabi Nuh
* kantor penyiaran berita pertama di dunia
Julius Caesar
* bapak pers pertama
mesin cetak pertama di dunia
Colombia University
institusi pendidikan jurnalistik pertama di dunia
I.
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN JURNALISTIK DI
INDONESIA
Kewartawanan
atau jurnalisme (berasal dari kata journal) mempunyai arti
catatan harian atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, dapat juga diartikan
sebagai surat kabar. Journal berasal dari istilah bahasa Latin diurnalis,
yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik.
Di Indonesia, istilah
"jurnalistik" dulu dikenal dengan "publisistik". Dua
istilah ini tadinya biasa dipertukarkan, hanya berbeda asalnya. Beberapa kampus
di Indonesia sempat menggunakannya karena berkiblat kepada Eropa. Seiring waktu, istilah jurnalistik muncul
dari Amerika
Serikat dan menggantikan publisistik dengan jurnalistik. Publisistik
juga digunakan untuk membahas Ilmu Komunikasi.
Pada awalnya, komunikasi
antar manusia sangat bergantung pada komunikasi dari mulut ke
mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu
penemuan mesin cetak oleh Johannes
Gutenberg. di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali
oleh Belanda. Beberapa pejuang
kemerdekaan Indonesia pun menggunakan kewartawanan sebagai alat perjuangan. Di
era-era inilah Bintang Timoer, Bintang Barat, Java Bode,
dan Medan Prijaji terbit.
2.1 Masa Penjajahan
Belanda
Pada tahun 1615 atas perintah Jan
Pieterzoon Coen, yang kemudian pada tahun 1619 menjadi Gubernur Jenderal VOC,
diterbitkan “Memories der Nouvelles”, yang ditulis dengan tangan. Dengan
demikian, dapatlah dikatakan bahwa “surat kabar” pertama di Indonesia ialah
suatu penerbitan pemerintah VOC. Pada Maret 1688, tiba mesin cetak pertama di
Indonesia dari negeri Belanda. Atas intruksi pemerintah, diterbitkan surat
kabar tercetak pertama dan dalam nomor perkenalannya dimuat ketentuan-ketentuan
perjanjian antara Belanda dengan Sultan Makassar. Setelah surat kabar pertama
kemudian terbitlah surat kabar yang diusahakan oleh pemilik
percetakan-percetakan di beberapa tempat di Jawa. Surat kabar tersebut lebih
berbentuk koran iklan. fungsinya untuk
membantu pemerintahan kolonial belanda
1.2 Masa Pendudukan Jepang
Pada masa ini, surat kabar-surat kabar Indonesia yang semula berusaha dan berdiri sendiri dipaksa bergabung menjadi satu, dan segala bidang usahanya disesuaikan dengan rencana-rencana serta tujuan-tujuan tentara Jepang untuk memenangkan apa yang mereka namakan “Dai Toa Senso” atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, pada zaman pendudukan Jepang pers merupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan karangan-karangan yang dimuat hanyalah pro-Jepang semata.
1.3 Masa Revolusi Fisik
Peranan yang telah dilakukan oleh pers kita di saat-saat proklamasi
kemerdekaan dicetuskan, dengan sendirinya sejalan dengan perjuangan rakyat
Indonesia. Bahkan tidak sedikit dari para wartawan yang langsung turut serta
dalam usaha-usaha proklamasi. Semboyan “Sekali Merdeka Tetap Merdeka” menjadi
pegangan teguh bagi para wartawan. Periode tahun 1945 sampai 1949 yang biasa
dinamakan periode “revolusi fisik”, membawa coraknya tersendiri dalam sifat dan
fungsi pers kita. Dalam periode ini pers kita dapat digolongkan ke dalam dua kategori,
yaitu pertama, pers yang terbit dan diusahakan di daerah yang dikuasai oleh
pendudukan sekutu, kemudian Belanda, dan kedua pers yang terbit diusahakan di
daerah yang dikuasai oleh RI yang kemudian turut bergerilya.
1.4 Masa Demokrasi Liberal (orde lama)
Dalam aksi-aksi ini peranan yang telah dilakukan oleh pers republik sangat besar. Republik Indonesia Serikat yang tidak sesuai dengan keinginan rakyat akhirnya bubar dengan terbentuknya kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950. Pada masa ini untuk memperoleh pengaruh dan dukungan pendapat umum, pers kita yang pada umumnya mewakili aliran-aliran politik yang saling bertentangan, menyalahgunakan kebebasan pers (freedom of the press), yang kadang-kadang melampaui.
1.5 Masa Orde Baru
Ketika alam Orde Baru ditandai dengan kegiatan pembangunan di segala bidang, kehidupan pers kita pun mengalami perubahan dengan sendirinya karena pers mencerminkan situasi dan kondisi dari kehidupan masyarakat di mana pers itu bergerak. Pers sebagai sarana penerangan/komunikasi merupakan salah satu alat yang vital dalam proses pembangunan. Pada masa Orde Baru, ternyata tidak berarti kehidupan pers mengalami kebebasan yang sesuai dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat. Terjadinya pembredelan pers pada masa-masa ini menjadi penghalang bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi dan memperjuangkan hak-hak asasinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
1.6 Masa Reformasi
Titik kebebasan pers mulai
terasa lagi saat BJ Habibie
menggantikan Soeharto. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak
lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi. Kegiatan kewartawanan diatur
dengan Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 yang dikeluarkan Dewan Pers dan
Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yang dikeluarkan oleh Komisi
Penyiaran Indonesia atau KPI.
Raden Mas Tirto Adhi Suryo
* bapak pers Indonesia
FOTO - FOTO SURAT KABAR TEMPO DULU
Mantab informasinya
BalasHapus