Mencari Sesuap
Nasi dari Memulung
Panggil saja dia pak Legiyo umurnya
sudah menginjang kepala enam, tubuh renta, kulit kusam dan keriput menjadi
tanda jika usianya sudah tak muda lagi. Dia biasanya mangkal di daerah
pulogadung. bapak dengan tujuh anak dan lima
cucu ini terus berjuang mencari sesuap nasi demi keluarga.
Istrinya hanyalah seorang pembantu
rumah tangga hanya digaji tak lebih dari 10.000/perhari itu tak cukup untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Kerasnya hidup harus dijalaninya dengan
bekerja sebagai pemulung, setiap hari Legiyo berjalan kaki dari satu tempat ke
tempat yang lain untuk mencari barang-barang yang sudah tidak terpakai (bekas)
yang kemudian ia kumpulkan dan jika sudah banyak dia akan jual ke tengkulak.
Penghasilan yang diterimanya hanya
20.000/perminggu sedangkan dua anaknya yang masih sekolah membutuhkan biaya
yang cukup besar. Terkadang jika tak dapat penghasilan Legiyo terpaksa berpuasa
atau hanya meminum air. Kemiskinan tak membuatnya terpuruk didalamnya Legiyo
tetap berusaha untuk mencari rezeki dan menerima apa yang telah dia dapatkan
dengan ikhlas.
Legiyo adalah potret wajah
kemiskinan yang melanda ibukota, dengan penghasilan yang minim dan keterampilan
yang kurang, tidak membuatnya menyerah untuk terus tetap berjuang demi
keluarganya mencari sesuap nasi untuk dimakan, pekerjaan yang berat dan
menguras tenaga Legiyo jalani dengan keikhlasan terkadang dia basah kuyup
kehujanan atau jika cuaca terik Legiyo kepanasan, tapi apa mau dikata, ini
adalah takdir hidup yang harus ia jalani dan lewati, dengan penuh rasa syukur
walau dalam keterbatasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar