cerpen ini ditulis bedasarkan pengalaman sang penulis yang di alami
sendiri, cerpen ini bergenre hurom (humor romantis) dikemas dengan cerita yang
agak nyeleneh dari kenyataan sebenarnya. Selamat membaca, semoga bagi pembaca
mendapat inspirasi untuk menulis cerpen yang lebih hurom dari cerpen ini J
Waktu itu kurang lebihnya sekitar satu tahun
yang lalu Ines berkenalan dengan seorang pria tampan berhidung mancung sesuai
dengan kriterianya,, menurut fengshui pria berhidung mancung dijelaskan bahwa
dia memiliki sifat pekerja keras serta pandai dalam segala hal. Termasuk pandai
mencuri hatinya. lanjut,,, dia berperawakan tinggi serta berkulit agak putih
dan bertotol hitam ehhh emangnya macan tutul,, maksudnya dia pria yang ganteng..
Dia tinggal dikota yang berbeda
dengan Ines tepatnya di Surabaya
karena dia harus menjalani pendidikan S-1-nya dikota tersebut. Awal perkenalan
Ines dengan pria tersebut terjadi dengan tidak sengaja ketika itu Ines sedang
duduk di pelataran masjid tiba-tiba secara tidak sengaja ada seorang laki-laki
tampan menabraknya dari belakang “bruakkk jgerrr” ketika itu Ines terpental
sejauh 20 kilo meter dari tempatnya semula, Laki-laki itu menabrak Ines dengan
kekuatan penuh.
Saat itu Ines beranjak dari tempat
ia jatuh sambil berkata ‘ya allah apa itu jodohku yang selama ini kucari, kemudian laki-laki itu menghampiri Ines dan
meminta maaf kepadanya. ‘maafkan saya tadi saya menabrakmu secara tidak
sengaja’, sambil curi-curi pandang dengan Ines kemudian Ines membalasnya dengan
mencuri dompet laki-laki itu, ehh maksudnya,,, Ines membalas tatapan laki-laki
itu dengan senyuman manis yang tampak diwajahnya.
Pria tersebut menyodorkan anunya dan
Ines pun menyambutnya dengan penuh sukacita. Singkat cerita pria tampan
tersebut bernama Arief dia sebenarnya berdomisili di solo namun untuk
melanjutkan studinya maka ia harus pindah dan menetap di Surabaya , bukan berarti dia laki-laki buaya.
Setelah perkenal itu Ines hubungan
Ines dengan pria tersebut semakin dekat dan setiap saat Ines selalu memikirkan
Arief. Kemanapun dan dimanapun selalu ada Arief dibingkai hatinya. Ines sangat
mencintai Arief mungkin jika Arief jadi mobil Ines siap jadi ban mobilnya,
kalau Arief jadi kucing Ines siap jadi pupnya,, yah begitulah cinta merubah sesuatu
yang imposibble menjadi mungkin.
Suatu hari Ines dan Arief kencan berdua di suatu tempat dengan suasana
yang sangat mendukung. kala itu, mereka berdua duduk di bangku taman sambil
menikmati sepotong combro dan ice creem sambil ditemani alunan merdu pengamen
jalanan dengan mengalunkan lirik A thousand years, milik Christina perry.
Tiba-tiba ditengah waktu kencan
mereka hujan turun lalu, mereka berdua berlari sambil tarik-menarik, karena
Arief lelah menggandeng Ines lalu Arief berinisiatif untuk menarik Ines dengan
mobil Derek. Yah begitulah cinta sesuatu yang aneh bisa menjadi sebuah kenangan
indah untuk diingat.
Mereka berdua menemukan tempat untuk
berteduh. Disela-sela waktu menunggu hujan reda Arief menjilat tangan Ines yang
sedang menggenggam sepotoh es balok,, maksudnya es krim, lalu mereka saling
berbalas jilat-menjilat es krim hingga es tersebut hanya menyisakan bungkus.
Hujan pun reda dan mereka segera beranjak meninggalkan tempat tersebut lalu
Arief mengantar ines pulang ke rumahnya.
Sesampainya dirumah Arief bertemu
dengan salah satu orang tua Ines tepatnya papanya Ines, dengan muka agak
sedikit jengkel papa Ines mempersilahkan Arief masuk kedalam gorong-gorong,
maksudnya kedalam rumah.Lalu Arief dipersilahkan minum oleh papanya Ines. Saking
hausnya Arief menghabiskan dua gallon air putih dalam tiga kali tegukan.
Haripun beranjang sore ketika senja menampakkan pesonanya.
Arief meminta pamit pulang, sebelum
beranjak meninggalkan rumah Ines, Arief memberikan coklat yang didalam
bungkusnya tertulis puisi cinta nan melumerkan hati.
Begini puisi
yang ia persembahkan untuk Ines;
Sayang,,,
Jika aku harus
jujur
Aku sangat
mencintaimu
Kasih sayangku
takkan pernah sirna untuk dirimu
Walau seringkali
kita berselisih paham
Tapi hati ini
tidak bisa membohongi perasaan cintaku pada dirimu
Sayang mulut ini
mungkin bisa berbohong
Namun hati ini
tidak bisa berbohong
Hanya kamu
wanita masa depanku
Kini nanti dan
selamanya,,,
Seketika itu Ines mengalami
kontraksi hebat dikepalanya saking teramat bahagia membaca puisi dari Arief.
Hingga saat ini Ines belum pernah membuang bungkus coklat itu dan menyimpannya
di sebuah tempat yang ia rahasiakan. END J
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar